Sabtu, 03 Desember 2016

Artikel Populer (Wanita Dibalik Jilbab)




WANITA DIBALIK JILBAB
Sularsih
1102415020
Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan


Tersimpan sejuta makna tersembunyi
Antara ketulusan dan kemunafikkan
Antara iman dan gaya-gayaan
Menutup aurat, menjaga pandangan
Menghijab diri, menghijab hati
Belajar taat menghindari kualat

Sepotong kain ini mungkin memang tidak asing lagi, khususnya bagi wanita muslim yang memang diwajibkan untuk menutup aurat. Kata jilbab sendiri berasal dari bahasa Arab “jilbabu” yang artinya baju kurung panjang, sejenis jubah. Sedangkan definisi jilbab menurut Ensiklopedi hukum Islam yaitu sejenis pakaian yang longgar yang dilengkapi dengan kerudung yang menutupi kepala, leher, dan dada (Muhammad 2015).
Bagi wanita muslim berhijab adalah suatu kewajiban. Dimana perintah tersebut juga termuat dalam beberapa ayat Al-quran. Salah satunya yaitu surah Al-Ahzab: 59, “Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istri, anak-anak perempuan dan istri-istri orang Mukmin, ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka mudah dikenali, oleh sebab itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha Penyayang.Bagi wanita muslim kewajiban tersebut memang sudah selayaknya dilaksanakan. Dimana pelaksanaannya juga harus disesuaikan dengan perintah agama. Seorang wanita yang berhijab hendaknya disesuaikan dengan syariat seperti, jilbab yang digunakan bisa menutupi rambut dan dada sepenuhnya, pakaian tidak transparan atau tembus pandang, serta tidak ketat atau memperlihatkan lekuk tubuh.
Wanita yang berjilbab, dalam masyarakat biasanya memang mendapatkan nilai plus. Hal ini karena adanya anggapan dalam masyarakat bahwa orang yang berhijab atau wanita berjilbab itu berarti memiliki tingkat keimanan yang tinggi. Anggapan ini muncul karena pada awalnya berjilbab memang merupakan salah satu wujud ketaatan terhadap agama. Namun, seiring perkembangan zaman, anggapan tersebut mulai tergeser. Hal ini disebabkan karena pergeseran makna atau fungsi hijab itu sendiri, dimana fungsi hijab yang awalnya memang sebagai bentuk ketaatan terhadap agama menjadi hijab sebagai gaya hidup atau fashion. Dalam istilah fashion wanita yang berhijab namun tetap mengikuti tren dikenal dengan sebutan hijabers.
Maraknya fenomena berhijab saat ini juga mendapat berbagai respon dari masyarakaat. Pro-kontra adanya fenomena tersebut muncul dengan berbagai pandangan. Mereka yang pro, cenderung berpandangan positif bahwa dengan berhijab akan memberikan pengaruh yang baik bagi hijabers. Sementara mereka yang kontra, memiliki pandangan yang berbeda bahwa sebagian hijabers memilih berhijab hanya untuk gaya-gayaan bukan berlandaskan pada niat yang tulus.
Sebagian para hijabers mungkin memilih berhijab karena niatan atau berlandaskan untuk melaksanakan kewajiban beragama. Dimana mereka benar-benar ingin memperbaiki diri dan berharap dengan pilihan berhijab akan memberikan pengaruh yang baik. Selain itu dengan hijab yang mereka gunakan, bisa selalu mengingatkan mereka kepada Allah. Sehingga, mereka akan selalu berpikir dua kali dalam melakukan sesuatu dan menghindari perilaku-perilaku yang tidak baik. Pakaian yang tertutup juga bisa menjadi tameng atau pelindung bagi wanita dari orang-orang nakal, laki-laki biasanya akan enggan untuk menggoda wanita yang berjilbab. Hal ini bisa kita lihat dari kebanyakan kasus kejahatan seksual yang lebih sering menimpa pada wanita yang tidak berjilbab. Dalam masyarakat, wanita yang berjilbab memang akan lebih dihargai dan dihormati.
Pada dasarnya tidak semua hijabers memilih berhijab karena alasan untuk melaksanakan perintah agama. Ada sebagian dari mereka yang memilih berhijab karena alasan tren fashion atau sekedar untuk gaya-gayaan. Untuk saat ini berhijab memang lebih dikenal sebagai salah satu gaya hidup. Sejalan dengan perkembangan zaman, gaya berhijab atau berjilbabpun semakin beraneka ragam mulai dari yang simple sampai yang rumit. Dimana tidak semua gaya berjilbab tersebut sesuai dengan syariat agama. Dalam dunia fashion sendiri, berhijab memang lebih berorientasi untuk mempercantik diri. Padahal hijab sendiri sebenarnya bukan bertujuan untuk mempercantik diri, melainkan untuk melindungi kecantikan (Nugraha 2013).
Wanita yang memang dikenal memiliki sejuta misteri menjadi semakin sulit ditebak dengan hijab yang mereka gunakan. Hal ini karena, hijab bukan lagi patokan untuk menilai karakter atau kepribadian seorang wanita. Seorang wanita yang berjilbab, tidak menjamin bahwa mereka memiliki kepribadian yang baik. Begitu juga sebaliknya, wanita yang tidak berjilbab belum tentu memiliki kepribadian buruk. Di lingkungan kita sendiri, mungkin kita sering menemukan wanita yang berhijab menggunakan pakaian yang terlalu ketat maupun transparan. Selain dari segi penampilan, kita juga bisa melihat perilaku para hijabers yang tidak mencerminkan nilai-nilai islami seperti pacaran, berpegangan tangan di depan umum, atau bahkan hal-hal lain yang melampaui batas. Dalam konteks tersebut sepertinya pepatah jawa yang mengatakan “ aji ning raga saka busana” tidak sepenuhnya berlaku. Kita tidak bisa menilai seseorang hanya dengan melihat penampilannya saja. Hal in mungkin lebih sesuai dengan pepatah dalam bahasa inggris “dont judge a book by its cover”. Kedua pepatah tersebut memang terdengar sangat bertolak belakang. Namun, kita tidak bisa membenarkan ataupun menyalahkan salah satunya. Kedua pepatah tersebut mungkin benar sesuai dengan konteksnya masing-masing.
Seseorang yang berhijab juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Lingkuungan tersebut bisa datang dari lingkungan masyarakat, sekolah maupun keluarga. Lingkungan yang menjujung tinggi nilai-nilai agama khusunya islam, akan berpengaruh terhadap orang-orang yang ada di dalamnya baik dari segi perilaku maupun cara berpenampilan salah satunya yaitu berhijab. Sementara jika dilihat dari lingkungan sekolah, untuk saaat ini memang banyak sekolah yang mewajibkan siswinya untuk berjilbab. Meskipun sekolah tersebut tidak berbasis islam. Dari lingkungan keluarga sendiri, mungkin ada sebagian keluarga atau orang tua yang sudah melatih anak-anaknya berjilbab sejak masih kecil. Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap cara berpakaian anak tersebut kedepannya. Sehingga wajar saja jika anak tersebut akan berhijab pada saat dewasa, karena memang hal tersebut sudah menjadi kebiasaannya sejak kecil.
Mungkin memang benar jika ada pendapat yang mengatakan bahwa “untuk berhijab kita tidak perlu menunggu sampai kita merasa layak untuk mengenakan hijab“.  Akan tetapi, setelah berhijab kita juga perlu untuk membenahi diri dan mencoba untuk memperbaiki akhlak serta ketaqwaan kita. Selain pendapat tersebut ada juga pendapat lain yang menjadi salah satu alasan mengapa wanita belum mau berhijab yaitu pendapat yang mengatakan bahwa “Saya merasa belum layak untuk mengenakan hijab”. Pendapat tersebut juga tidak bisa disalahkan, seseorang yang belum mau berhijab karena merasa belum layak akan lebih baik jika dibandingkan dengan wanita yang berhijab namun tidak mau memperbaiki diri serta akhlaknya. Wanita yang berhijab namun tidak mencerminkan bahwa ia seorang muslim yang baik, akan merusak citra dari hijab itu sendiri.  Hal ini pula yang menimbulkan adanya kontra dalam masyarakat mengenai para hijbers.
Pada saat ini dengan berjilbab juga bisa menjadi bentuk kesopanan. Dimana dalam masyarakat banyak wanita yang mengenakan hijab atau jilbab untuk bepergian ataupu bertamu, meskipun pada saat dirumah mereka tidak mengenakannya. Dengan kebiasaan ini, maka mereka akan merasa tidak nyaman jika harus bepergian tanpa mengenakan jilbab. Dari kasus tersebut, maka jilbab bisa dikatakan sebagai salah satu pakaian resmi untuk bepergian ataupun bertamu.
Dalam artikel ini yang ingin penulis tekankan, khususnya untuk para wanita muslim, kita boleh saja berhijab karena itu memang sudah menjadi kewajiban dan perintah agama. Akan tetapi setelah kita berhijab, juga harus diiringi dengan perbaikan diri. Berhijab juga harus karena niat yang tulus, bukan karena alasan fashion atau sekedar mengikuti tren yang ada dalam masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Muhammad, Amry. 2015. “Studi Komparasi antara Akhlak Siswi yang Berjilbab di Sekolah Umum dan di Sekolah Islam (Studi antara SMA Negeri 2 Pekalongan dengan MAN 2 Pekalongan Tahun Pelajaran 2014/2015)”. Skripsi. UIN Walisongo, Semarang.
Nugroho, Indra. 2013. “Hijabers...oh Hijabers”. (Online)

0 komentar:

Posting Komentar